Filasafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Jawaban dari soal-soal ujian Filsafat Pendidikan Matematika
Artikel ini disusun oleh Novia Nuraini/ 12301241018
Pendidikan Matematika Reguler 2012
ONTOLOGI
MATEMATIKA
Ontologi
merupakan kajian utama filsafat, di samping epistemologi dan axiologi. Istilah
ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu On/
Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah,
ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/
konkret maupun rohani/ abstrak (Bakhtiar
melalui Marion: 2014)
Selain
pendapat itu, Soetriono dan Hanafie (2007), bahwa ontologi merupakan azas dalam
menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek
penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran
tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal
tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan denganalam kenyataan dan keberadaan.
Dari
beberapa cuplikan pengertian diatas, saya menyimpulkan bahwa ontologi dapat
difenisikan sebagai filsafat yang mempelajari sesuatu yang ada, baik kongkret
maupun abstrak. Sesuatu yang ada atau disebut pula filsafat realis.
Russeffendi
melalui Marion (2014) mengungkapkan bahwa matematika berasal
dari perkataan Latin “mathematika”
yang berarti mempelajari atau “mathenein” yang berarti belajar atau berfikir.
Jadi matematika dapat diartikan pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
Kemudian
matematika adalah salah satu ilmu dasar kehidupan manusia. Matematika sebagai
suatu ilmu merupakan studi tentang bilangan, besaran ruang, beserta struktur
dan perubahannya.
Sehingga
kaitan ontologi dengan matematika dapat dijabarkan seperti yang dituangkan oleh
bapak Marsigit (2011) bahwa ontologi merupakan refleksi untuk menangkap
kenyataan matematika sebagaimana kenyataan tersebut telah ditemukan. Dalam
kesadaran akan dirinya maka orang yang memikirkan matematika adalah orang yang
paling dekat dengan kenyataan matematika; dan dari sinilah maka dia dapat
memulai untuk menemukan kenyataan seluruh matematika dan hubungan dirinya
dengan matematika. Kenyataan matematika dapat dipahami seada-adanya dengan
seluruh isi, kepadatan, otonomi dan potensi komunikasi baik secara material,
formal, normatif maupun transenden. Kesadaran ontologis berusaha merefleksikan
dan menginterpretasikan kenyataan matematika kemudian secara implicit
menghadirkannya sebagai suatu pengetahuan yang berguna dalam pergaulan dengan
orang lain serta secara eksplisit dapat dirumuskan dalam bentuk-bentuk formal
untuk mendapatkan tematema yang bersesuaian.
Jadi
ontologi matematika yang dimaksud adalah refleksi dalam memikirkan keadaan
matematika yang ada baik dalam realitas maupun yang abstrak. Meskipun demikian
prinsip meng-ada pada ontologi juga termasuk didalamnya. Seperti hal nya
memanipulasi sedemikian sehingga permasalahannya dapat diselesaikan. Sehingga
ontologi dapat diartikan sebagai yang mempersoalkan cakupan pernyataan
matematik sebagai dunia yang nyata atau bukan.
EPISTIMOLOGI
MATEMATIKA
Filsafat
sebagi suatu disiplin ilmu telah melahirkan
tiga
cabang
kajian. Ketiga cabang kajian itu ialah teori hakikat
(ontologi),
teori
pengetahuan (epistimologi), dan teori nilai
(aksiologi). Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai Epistimilogi khususnya
pada matematika.
Secara
terminologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan,
pikiran, atau ilmu. Kata“episteme” dalam
bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan,
menempatkan, atau meletakkan. Maka,
secara harafiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya (Wikipedia.org). Selain
disebut dengan epistemologi, ilmu ini juga disebut dengan gnoseologi yang artinya teori pengetahuan.
Menurut
Bachtiar (2004, 148) Epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang berkaitan dengan hakikat ilmu dan pengetahuan,
pengandaian-pengandaian serta pertanggungjawaban atas validitas pengetahuan
yang dimiliki serta untuk menemukan prinsif kebenaran yang terdapat
pada suatu obyek kajian ilmu.
Epistemologi
matematika menurut Rohantizani (2014:2) merupakan teori pengetahuan yang
sasarannya adalah pengetahuan matematika. Kajian yang termasuk dalam
epistemologi matematika diantanya adalah; matematika termasuk jenis pengetahuan
apa (empirik atau pengetahuan pra- pengalaman), bagaimana ciri-ciri matematika
(deduktif, abstrak, hipotetik, eksak, simbolik, universal, rasional dan
kemungkinan ciri lainnya), lingkup dan pembagian pengetahuan matematika (sifat
alaminya dan semacamnya).
Menurut
Gie (1985: 54) Epistemologi matematik diartikan sebagai yang menelaah
matematika berdasarkan berbagai segi pengetahuan seperti kemungkinan,
asal-mula, sifat alami, batas, asumsi dan landasan.
Jadi
epistimologi matematika dapat diartikan dengan
mengasumsikan bahwa pengetahuan dalam
bidang matematika apapun diwakili oleh seperangkat proposisi bersama dengan
prosedur untukmemverifikasi kebenarannya. Atas dasar ini, pengetahuan
matematika terdiri dari satu set proposisi bersama dengan bukti-buktinya.
Contoh
dari epistemologi matematika adalah prinsip-prinsip dasar matematika, seperti “7
+ 5 = 12” atau “bilangan prima tak terhingga banyaknya”, kadang-kadang
diadakan sebagai paradigma yang diperlukan kebenarannya dan bersifat apriori,
sebagai pengetahuan sempurna. Tidak perlu dipertanyakan lagi tingkat
kebenarannya, namun kepastian ini tetap harus dijelaskan. Beberapa daridasar
prinsip-prinsip logika, atau tampaknya benar-benar diperlukan secara keseluruhan
dan apriori dalam matematika.
AKSIOLOGI
MATEMATIKA
Aksiologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu “axio”
yang berarti nilai dan “logos” yang
berarti ilmu. Menurut kamus bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khusunya etika.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi
hakikat yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam
suatu pengetahuan
Aksiologi
yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang
mengembangkan ilmu. Aksiologi : Filsafat nilai, menguak baik buruk, benar-salah
dalam perspektif nilai Aksiologi matematika sendiri terdiri dari etika yang
membahas aspek kebenaran, tanggungjawab dan peran matematika dalam kehidupan,
dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada
kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya
dalam kehidupan.
Jadi,
jika ditinjau dari aspek aksiologi, matematika seperti ilmu-ilmu yang lain,
yang sangat banyak memberikan kontribusi perubahan bagi kehidupan umat manusia
di jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas
dari pengaruh matematika.
Dari segi tehnis, matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan teknologi. Teknologi dalam bidang transportasi (darat, laut, udara), komunikasi (audio-visual), hingga teknologi di bidang informasi (komputer, HP, dll). Dengan matematika, peradaban manusia berkembang dari peradaban yang sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak ilmiah dan tehnologis. Simpulannya adalah, tanpa matematika perkembangan peradaban manusia akan menjadi sama sekali lain dengan keadaaan yan telah dicapai saat ini. (Hardiyanto, 2009)
Dari segi tehnis, matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan teknologi. Teknologi dalam bidang transportasi (darat, laut, udara), komunikasi (audio-visual), hingga teknologi di bidang informasi (komputer, HP, dll). Dengan matematika, peradaban manusia berkembang dari peradaban yang sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak ilmiah dan tehnologis. Simpulannya adalah, tanpa matematika perkembangan peradaban manusia akan menjadi sama sekali lain dengan keadaaan yan telah dicapai saat ini. (Hardiyanto, 2009)
Contoh
aksiologi matematika adalah nilai dari matematika yang bermanfaat pada
kehidupan sehari-hari misalnya untuk berhitung, berbelanja, mengukur dan lain
sebagainya.
ONTOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ontologi dapat difenisikan sebagai
filsafat yang mempelajari sesuatu yang ada, baik kongkret maupun abstrak.
Sesuatu yang ada atau disebut pula filsafat realis.
Pentingnya
ontologi dalam pendidikan matematika adalah dalam rangka meningkatkan kemampuan
bernalar/ berfikir dan pemecahan masalah. Di samping itu pendidikan matematika
di sekolah juga harus memperhatikan tahapan perkembangan peserta didik.
Sehubungan dengan hal-hal tersebutlah perlu difahami ontologi matematika
sekolah.
Penyajian
pendidikan matematika disekolah tidak harus diawali dengan teorema dan definisi
harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikirnya. Hal ini diperlukan agar
pembelajaran matematika bermakna dan bermanfaat bagisiswa. Untuk ini
pembelajaran matematika dimulai hal-hal yang bersifat kongkrit kemudian secara
bertahap menuju ke arah yang lebih formal dan abstrak. Berikutnya pola fikir
dikembangkan mulai dari pola fikir induktif untuk anak Sekolah Dasar kemudian
secara bertahap mengarah kepada penekanan pola fikir deduktif
pada siswa Sekolah Lanjutan dan Menengah.
Perluasan
semesta pembicaraan matematika juga dilakukan secara bertahap,semakin meningkat
intelektualitas siswa maka semakin luas semesta pembicaraannya. Demikian juga
tingkat keabstrakan matematika, dimulai dengan memperkenalkan benda-benda
kongkrit pada siswa SD kemudian bertahap kepada situasi formal dan abstrak
kepada siswa SMP dan SMA.
Oleh
karena itu, pendidikan matematika dapat dimulai dengan memahami karakteristik
matematika sekolah, satu diantaranya adalah memahami karakteristik matematika
sekolah yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik.
EPISTIMOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Epistemologi
pendidikan matematika banyak dipengaruhi oleh epistemologi matematika. Dari
uraian pada epistimologi matematika kita ketahui bahwa pengetahuan matematika
terdiri dari satu set proposisi bersama dengan bukti-buktinya.
Munculnya
Teori Pengetahuan dari Immanuel Kant, sebagai landasan epistemologis dari
pengetahuan , dipengaruhi paling tidak oleh pengaruh dua aliran epistemologi
yang masing-masing berakar pada pondasi empiris dan pondasi rasionalis.
Dalam
Teori Pengetahuan, Immanuel Kant berusaha meletakkan dasar epistemologis bagi
matematika untuk menjamin bahwa matematika memang benar dapat dipandang sebagai
ilmu. Kant menyatakan bahwa metode yang benar untuk memperoleh kebenaran
matematika adalah memperlakukan matematika sebagai pengetahuan a priori.
Menurut Kant, secara spesifik, validitas obyektif dari pengetahuan matematika
diperoleh melalui bentuk a priori dari sensibilitas kita yang memungkinkan
diperolehnya pengalaman inderawi.
Dari
penjelasan diatas contoh epistemologi dalam pendidikan matematika yaitu ketika
kita mengajarkan materi lingkaran dimana dalam rumus keliling dan
luas lingkaran terdapat nilai , disini biarkan siswa sendiri yang menemukan berapa nilai yaitu dengan cara siswa diajak melakukan percobaan
pengukuran terhadap beberapa benda yang berbentuk lingkaran, dari
hasil percobaan tersebut siswa akan menenmukan sendiri berapa nilai tersebut.
Dalam
pendidikan kinerja guru dapat ditunjukkan dalam pemecahan masalah, serta
pendekatan pengajaran mereka tergantung pada keyakinan mereka akan matematika.
Dalam praktek pelaksanaannya untuk menerapkan epistemologi dalam pendidikan
matematika adalah dengan memberikan apriori apriori seperti yang telah
dijelaskan diatas.
AKSIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Aksiologi
pada pendidikan matematika adalah implementasi dari aksiologi matematika dalam pendidikan.
Sehingga aksiologi pendidikan matematika itu menjadi ilmu yang mempelajari
nilai nilai pendidikan matematika.
Contoh
nyatanya adalah pendidikan matematika mengajarkan hidup yang sistematis dan
logis sehingga semuanya tertata dengan rapi. Sifat lain yang diajarkan selain
sistematis adalah bertanggungjawab (setiap pernyataan harus bisa dibuktikan
kebenarannya), jujur, disiplin.
HERMENITIKA
MATEMATIKA
Hermenetika
bahasa Inggrisnya adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine
dan hermeneia yang masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”.
Selanjutnya
hermenetika matematika merupakan proses menterjemahkan dan diterjemahkannya
matematika. Di sini hermenetika menterjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan
matematika. Filsafat berusaha memahami objek-objek abstrak yang ada di dalam
matematika. Sebaliknya matematika juga berusaha diterjemahkan oleh filsafat.
Proses menterjemahkan dan diterjemahkan ini terjadi secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Contohnya
hermenitika matematika adalah saat kita membaca suatu permasalahan matematika
dan kemudian kita tulis dalam model matematika kemudian kita terjemahkan lagi
sebagai solusi problem tersebut.
HERMENITIKA
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Hermeneutika
merupakan proses menerjemahkan dan diterjemahkan. Segala yang ada dan yang
mungkin ada di dunia ini dapat diterjemahkan, dimana hasil menterjemahkan dan
diterjemahkan tersebut dapat menjadi suatu pengetahuan baru bagi kita.
Hermenetika pembelajaran matematika terdiri dari dua unsur yaitu garis lurus
(linier) dan melingkar (siklik). Garis lurus menggambarkan bahwa pembelajaran
akan terus berjalan sehinga kita tidak akan mengulanginya kembali. Sedangkan
melingkar artinya pembelajaran akan terjadi terus menerus sehingga kita dapat
mengulanginya, hanya saja berbeda ruang dan waktunya.
Hampir
sama halnya hermeneutika hidup, dalam pembelajaran matematika, guru tidak
mungkin memberikan pure mathematics pada siswa. Guru harus mengubah pure
mathematics ke dalam bentuk school mathematics terlebih dahulu sebelum
mengenalkannya pada siswa. School Mathematics itulah yang digambarkan sebagai
matematika horisontal, sedangkan pure mathematics itulah matematika vertikal.
Contoh
Model pembelajaran hermeneutika adalah bentuk belajar yang masih jarang sekali
digunakan dalam sistem pendidikan sekarang ini. Terutama dalam sistem
pendidikan di Indonesia, karena biasanya digunakan dalam ilmu filsafat. Model
pembelajaran hermeneutika merupakan model pembelajaran yang diadopsi dari
sistem pembelajaran di Australia, yang mana sistem ini lebih menekankan guru
untuk bisa menerjemahkan siswa, dan siswa bisa menerjemahkan pelajaran. Jadi
model hermeneutika adalah model pembelajaran dengan cara menafsirkan atau
menerjemahkan sesuatu hingga didapati makna akan sesuatu itu. Dalam
pembelajaran matematika model ini sangat penting untuk digunakan.
Kesimpulannya, jangan memaksakan siswa untuk menyenangi pelajaran tanpa alasan,
akan tetapi bawalah siswa untuk mengenal terlebih dahulu pelajaran tersebut
kemudian berilah mereka pembelajaran yang inovatif. Biarkan siswa memaknai
sendiri bagaimana sebenarnya ilmu dari pelajaran tersebut. (Rukmini, 2014: 5)
PHENOMENOLOGI
MATEMATIKA
Kata
fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yaitu sesuatu
yang tampak, yang terlihat karena berkecakupan. Dalam bahasa indonesia
biasa dipakai istilah gejala. Secara istilah, fenomenologi adalah ilmu
pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan
fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang menampakkan diri.
Fenomenologi
matematika adalah sebuh tinjauan terhadap relasi matematika sebagai subjek dari
prinsip-prinsip matematika sebagai objek yang nyata dan fenomenanya nampak di
alam dan dunia ini.
Ada
sebuah kisah yang dikisahkan Imam Ali ditanya oleh seorang pendeta Yahudi:
bilangan mana yang habis dibagi satu sampai sepuluh? Kemudian Ali menjawab
kalikanlah jumlah harian dalam sebulan dengan jumlah bulanmu dalam setahun dan
dengan jumlah harian dalam seminggu (30 x 12 x 7 = 2520). Hal ini menunjukkan
bahwa matematika berkorelasi dengan alam raya atau kosmologis sehingga
kebenaran rumus-rumus matematika berhubungan secara harmonis dan simetris
dengan kebenaran kosmologis. (Syamsul, 2012)
Kemudian
contoh lainnya adalah fenomena golden ratio yang sangat terkenal itu dan adanya
deret fibonacci yang sangat erat kaitannya dengan fenomena alam.
PHENOMENOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Seperti
yang telah dijelaskan pada phenomenologi matematika diatas bahwa fenomenologi
matematika adalah sebuh tinjauan terhadap relasi matematika sebagai subjek dari
prinsip-prinsip matematika sebagai objek yang nyata dan fenomenanya nampak di
alam dan dunia ini. Phenomenologi pendidikan matematika berkaitan dengan
implikasinya dalam dunia pendidikan.
Contohnya
adalah adanya pembelajaran contextual dan saintifik.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. Epistemologi. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi pada 14 Januari 2016 pada 00:01 WIB.
- Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- Gie, The Liang, 1985, Filsafat Matematik Bagian Kesatu : Pengantar Perkenalan. Yogyakarta: Supersukses.
- Hardiyanto. 2009. Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika 1. Diakses dari http://hardiyanto-pmatnrc.blogspot.co.id/2009/03/refleksi-perkuliahan-filsafat.html pada 14 Januari 2016 pukul 01:02 WIB.
- Marion, Reba’i. 2014. Ontologi. Diakses dari https://www.academia.edu/5536142/ONTOLOGI_-_Revisi pada 13 Januari 2016 pukul 00:17 WIB.
- Marsigit. 2011. Pengembangan Nilai-Nilai Matematika dan Pendidikan Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa. Makalah yang diseminarkan pada “Seminar Nasional Pengembangan Nilai-nilai Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa, pada Sabtu, 8 Oktober 2011 di Universitas Negeri Semarang.
- Rukmini, Erni. 2014. Jurnal Penelitian Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Hermeneutika terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Ditinjau dari Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/31723/13/09_NASKAH_PUBLIKASI.pdf pada 14 Januari 2016 pukul 02:00 WIB
- Soetriono dan Hanafi. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
- Syamsul. 2014. Fenomenologi Matematika. Diakses dari https://syamsul14.wordpress.com/2012/07/14/fenomenologi-matematika/ pada 14 Januari 2016 pada 02:45 WIB.
Comments
Post a Comment