REFLEKSI 4 # Skeptisisme dan Transenden

Kuliah kali ini diisi dialog bersama beliau bapak Prof. Dr. Marsigit, M. A. Dalam perkuliahan ini diisi diskusi sederhana dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan dari mahasiswa mengenai filsafat

Hasil pembahasanya adalah sebagai berikut.

Skeptis merupakan kegiatan yang meragukan segala sesuatu. Skeptisisme umumnya adalah setiap sikap mempertanyakan terhadap pengetahuan, fakta, atau pendapat / keyakinan yang dinyatakan sebagai fakta, atau ragu mengenai klaim yang diambil untuk diberikan di/dari tempat lain.

Skeptisisme memiliki akar yang panjang dalam sejarah. Pada jaman Romawi Kuno, teks-teks Cicero, Sextus Empiricus, dan Diogenes sudah memuat argumen-argumen skeptisisme. Setidaknya ada dua bentuk skeptisisme, yakni ketidakpercayaan pada pada persepsi inderawi (sense perception) manusia untuk memperoleh pengetahuan, dan ketidakpercayaan pada kemampuan akal budi (reason) manusia untuk mencapai pengetahuan yang universal.

Awalnya skeptis dialami oleh Rene Des Cartes. Awalnya dia bermimpi dan mimpinya sangat nyata hingga tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang kenyataan. Harus ada kepastian untuk membuktikan bahwa mimpinya bukan mimpi. Namun ada satu yang disayangkan, bahwa memikirkan Tuhan pun dia meragukan. Hingga pada akhirnya dia percaya Tuhan karena terus mencari sesuatu yang tidak dapat diragukan. Kemudian Rene des Cartes menemukan sesuatu yang benar-benar tidak dapat diragukan bahwa Rene des Cartes sedang bertanya.

“Saya bertanya maka saya ada. Saya berfikir maka saya ada.”

Itulah skeptis. Keyakinannya disebut Skeptisisme. Sehingga jika digabungkan dengan sesuatu yang positif akan menghasilkan metode saintifik. Metode yang dimulai dengan pertanyaan yang dibuktikan hingga akhir.


Transenden merupakan sikap yang berada pada dimensi yang ada di atasnya. Contohnya, ayam transenden bagi cacing karena cacing tidak menyadari sifat ayam. Contoh lainnya lagi adalah Rektor merupakan transenden bagi mahasiswa. Contoh lainnya adalah kakak merupakan transenden bagi adiknya. Seperti tingkatan dewa dengan manusia. Tapi hal tersebut hanya penggambaran sederhana. 

Comments